Ayam Pelung
Di rumahku ada sepasang ayam pelung yang lumayan besar. Dua ekor ayam itu, dibeli Ayah dari temannya yang baru pulang dari kampungnya. Saat baru dibeli, kedua ayam itu hanya seukuran genggaman tangan Ayah. Setelah dirawat, ayam-ayam itu tumbuh besar dan tinggi. Sekarang tingginya pun sudah setinggi kandang burung murai Ayah. Tinggi kaan!
Seiring mereka tumbuh besar, mereka juga semakin galak. Apalagi yang jantan, ia sangat suka mematuk tangan Ayah hingga berdarah, saat sedang memberi makan.
Awalnya, kedua ayam itu hanya tinggal di kandang murai bekas yang ada di lantai 3 rumahku. Kebetulan, di lantai 3 memang hanya tempat tinggal burung-burung peliharaan Ayah dan juga tempat untuk menjemur pakaian dan kami sekeluarga menyebutnya atap. Jadi, di cerita ini aku juga akan banyak menyebut atap, hehe.
Ayam Pelung Ayam Apa Sih?
Ayam Pelung, merupakan ayam khas dari daerah Cianjur, Jawa Barat. Ayam ini memiliki tubuh yang berbeda dari ayam biasanya lhoo! Ayam Pelung memiliki suara berkokok yang panjang dan bernada. Ayam Pelung juga memiliki waktu pertumbuhan yang cepat. Postur tubuh ayam pelung juga cenderung besar dan gagah. Ayam pelung dewasa bisa mencapai tinggi 40-50 cm dan bobot 5-6 kg. Kuku atau jari Ayam Pelung juga panjang-panjang lhoo.
Karena suara berkokoknya yang panjang dan bernada, ada lho lomba Ayam Pelung. Kalau lomba burung kicau kan sudah sering, nah kalau lomba Ayam pelung yang dinilai adalah penampilan tubuh, bobot tubuh, dan alunan suara dan panjangnya kokok Ayam.
Chiko Takut Ayam
Dulu, sebelum ayam-ayam itu ada, atap menjadi tempat favorit Chiko, kucingku, untuk kabur dari kami bertiga yang sering mengunyel-unyel dia. Chiko juga sering tidur di atap dari pagi hingga sore.
Tapi, sejak ayam-ayam itu datang lalu tumbuh besar, Chiko sudah tidak pernah lagi naik ke atap. Untuk sekedar bermain pun dia tidak mau, paling mentok dia hanya tiduran di beberapa anak tangga terakhir, haha. Ternyata, alasan Chiko tidak mau naik ke atap adalah karena dia takut dengan ayam-ayam itu. Suatu hari, aku pernah mencoba membawa Chiko ke atap, tapi setelah melihat ayam yang jantan ia langsung kabur turun, wkwkwk.
Kandangnya Kekecilan!
Karena tubuh kedua ayam pelung sudah sangat besar, bahkan kepala mereka sudah menempel ke atap kandangnya yang merupakan kandang bekas burung. Akhirnya, Ayah memutuskan untuk membuat kandang baru yang lebih besar. Pagi-pagi, Ayah memanggil temannya yang memang suka membantu membetulkan barang-barang rusak di rumah, untuk membantu membuat kandang. Mulailah Ayah dan temannya membuat kandang.
Kandang ayam itu, dibuat dari besi kopong dan jaring-jaring besi yang dibeli Ayah di toko bangunan dekat rumah. Dengan mengambil ruangan pada pojok atap, berdirilah kandang yang dapat memuat kedua ayam. Dengan waktu hanya satu hari dan dengan tenaga dua orang saja, kandang itu jadi, tapiii satu sisi kandang belum diberi atap dikarenakan jaring-jaring besinya habis. Dan pada saat itu, waktu itu azan magrib sudah berkumandang wkwkwk. Jadi, sampai sekarang satu sisi kandang itu masih belum diberikan atap, dan hanya ditutupi plastik fiber yang diganjal dengan alas kandang murai dan batu-batu juga barang-barang yang tidak terpakai di atap.
Waduh Ayamnya kabur!
Sepertinya, para ayam tahu kalau kandangnya tidak beratap. Mereka suka sekali melompat dan menyundul plastik fiber yang digunakan untuk menutupi kandang. Perjuangan mereka pun tidak sia-sia.
Suatu hari, tepatnya hari Selasa tanggal 20 Juli 2023. Saat mbak sedang mencuci baju di atap, tiba-tiba mbak berteriak memanggil.
“Kaakk ayamnya keluaar!” teriaknya. Aku, Kakak, Bunda, dan Adikku pun langsung berlari menghampiri mbak.
Ternyata, kedua ayam sudah keluar dari kandangnya melalui atap kandang yang terbuka setelah disundul-sundul. Saat kami sampai di atap, kedua ayam sudah bertengger di pintu kandang yang terbuka. Mbak segera mengambil pur untuk memancing ayam-ayam itu kembali ke kandang.
Kebetulan hari itu adalah hari kerja, dan Ayah sedang tidak ada di rumah. Jadi, Bunda dan Mbak bersama-sama menggiring ayam-ayam itu masuk kembali ke kandang.
Setelah ayam yang betina masuk, mbak pun mencoba menyuruh yang jantan masuk juga. Tapi Mbak takut karena ayam itu mematuk-matuk. Akhirnya, Mbak menarik ayam itu ke bawah. Untung ayamnya tidak melawan. Setelah jatuh, Mbak langsung mendorongnya masuk lalu menutup pintunya. Tak lupa juga kembali menutup atap kandang menggunakan plastik fiber.
Duh, Ayamnya Makin Galak!
Setelah kejadian ayam keluar, tidak ada lagi kejadian seperti itu. Tapi, ayam yang jantan semakin galak. Ayam betina yang tinggal sekandang dengannya sering dipatuki dan dikejar-kejar oleh sang jantan. Kejadian itu berlangsung berulang-ulang. Aku, Kakak, Bunda, dan Adikku sudah sering bilang kepada Ayah untuk memisahkan mereka, tapi tidak dipisah-pisahkan. Hingga, bulu ayam betina pun rontok dan juga ayam betina semakin kurus. Akhirnya, beberapa waktu lalu Ayah memisahkan mereka berdua dan meletakkan ayam betina di kandang bekas murai lagi.
Sejak itu, ayam jantan semakin sering mematuk Mbak jika sedang diberi makan.
Hingga kemarin, Selasa, 19 Desember 2023. Saat Mbak sedang memberi minum ayam yang jantan. Tiba-tiba, ayam jantan itu lompat ke atas punggung Mbak yang sedang menunduk menuangkan air. Karena panik, Mbak melemparkan ember air itu ke arah ayam. Setelah itu, entah bagaimana, Mbak dikejar oleh ayam itu hingga sepertinya jatuh.
Setelah puas mengejar Mbak, Ayam kembali ke kandangnya lalu masuk tanpa merasa bersalah sedikitpun. Saat kejadian itu, aku, Bunda, dan Adikku sedang duduk di depan kamarku sambil menunggu Kakakku mandi. Saat itu, aku sudah mendengar suara Mbak menjerit-jerit. Tapi, karena Mbak sudah sering dipatuki, aku mengira “Paling Mbak lagi dipatokin” pikirku dalam hati. Tapi tak lama kemudian Mbak turun dari atap dan menceritakan kalau ia habis dikejar ayam. Kami bertiga pun tertawa mendengarnya wkwkw.
Sorenya, saat sedang menjemur handuk, aku mendengar Jarwo, salah satu burung Ayah menjerit-jerit. Tapi, kalau Jarwo yang menjerit-jerit memang sudah biasa. Tapi kali ini, Rocky, burung murai Ayah juga ikut mengeluarkan suara “cak, cak” khas burung murai. Sebelum itu pun aku mendengar suara bruk yang kencang dari arah atap. Tapi karena barang jatuh tertiup angin di atap sudah sering, aku pun biasa saja. Tapi karena Rocky yang pendiam sampai bersuara, berarti ada sesuatu yang tidak beres. setelah menjemur handuk, aku buru-buru menaiki tangga atap lalu mengintip. Dugaanku benar. Ayam pelung yang jantan telah keluar dari kandangnya. Sebenarnya tadi sore aku sempat naik ke atap bersama Kakak untuk mengambil jaket yang baru dicuci. Saat itu Kakak melihat kalau pintu kandang ayam jantan belum dikunci. Mungkin Mbak lupa menguncinya karena panik tadi pagi. Akhirnya Kakak merapatkan pintu, awalnya Kakak ingin sekalian mengunci, tapi ayam jantannya malah menghampiri Kakak. Akhirnya pintu kandang pun tidak jadi dikunci dan kami langsung turun.
Malamnya ayam jantan pun keluar dari kandangnya dan menghampiri burung-burung. Ternyata, sepertinya ia ingin terbang kabur. Tapi karena berada di lantai tiga, ia takut karena tinggi. Jadi ia hanya bertengger di tembok pembatas. Setelah mengecek, aku hanya menutup pintu atap agar ayam tidak turun ke bawah. Kan gawat kalau dia turun. Bisa-bisa dia mengejar-ngejar penghuni rumah dan buang kotoran dimana-mana.
Keesokan harinya, aku bangun agak siang karena mengantuk. sebenarnya aku sudah bangun jam 3 untuk sahur, tapi setelah salat subuh aku sangat mengantuk, jadi aku lanjut tidur hingga kurnag lebih jam 7 pagi. Setelah mencuci muka, aku bertanya pada Adikku apakah ayamnya sudah dimasukkan ke kandang atau belum. Kata Adikku, ayamnya sudah dimasukkan ke kandang oleh Ayah. Ia juga memberi tahu kalau tadi ayamnya lompat ke atas balkon. Jadi, Ayah juga harus melompat untuk mengambilnya.
Apakah kalian juga punya peliharaan? Coba ceritakan pengalaman merawat peliharaanmu di kolom komentar ya! Oh iya, tentang peliharaanku yang lain (khususnya Chiko) juga sudah pernah aku ceritakan lhoo! Kalian bisa membacanya juga di tautan ini